Gunung Ciremai
Gunung Ciremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Gunung ini terletak berjauhan dari gunung tinggi lainnya. Mempunyai ketinggian 3.078 Mdpl, merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung Ciremai ada
yang menyebut cerme, ada yang seringkali menamakan “Ceremai”) secara
administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa
Barat. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m
terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar
2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang
dinamakan Gowa Walet.
Vegetasi di Gunung Ciremai
Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ciremai tinggal lagi di bagian
atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu
dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini
telah diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan.
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki
ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe hutan
pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas (montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
Satwa di Ciremai
Bangkong bertanduk (Megophrys montana), Percil Jawa (Microhyla achatina), Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus), Bunglon Hutan (Gonocephalus chamaeleontinus), Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Puyuh-gonggong Jawa (Arborophila javanica), Tenggiling (Manis javanica), Tupai kekes (Tupaia javanica), Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis), Macan Tutul (Panthera pardus), Kancil (Tragulus javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Landak Jawa (Hystrix javanica).
Jalur Pendakian Linggarjati
Untuk menuju puncak Ciremei terdapat 3 jalur yang dapat ditempuh
yakni jalur Majalengka, jalur Palutungan dan,jalur Linggarjati. Jalur
Linggarjati ( 650 mdpl) merupakan yang paling terjal dan terberat, namun
jalur ini merupakan favorit dilalui pendaki. Jalur ini memang dikenal
lebih menantang buat para pendaki
Desa Linggarjati terletak 14 km dari kota Kuningan. Dari pertigaan
Linggarjati berjalan kaki menuju Museum Naskah Linggarjati tempat
bersejarah dimana Bung Karno pernah menandatangani perjanjian
Linggarjati dengan Belanda. Sementara pos perijinan pendakian terletak
tidak terlalu jauh dari museum.
Mendaki Gunung Ciremai
Sebelum memulai pendakian ada
baiknya pendaki menyiapkan bekal terutama air, karena susah sekali
memperoleh air selama di perjalanan. Jalur menuju puncak sangat jelas
dan banyak tanda-tanda penunjuk jalan, sehingga pendaki pemulapun akan
mudah .
Dari pos pendakian, perjalanan akan melintasi jalanan beraspal
memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga Pos Mata Air Cibeunar
(750 mdpl). Cibeunar merupakan area camp yang cukup aman buat bermalam,
karena terdapat sumber air yang cukup melimpah, yang tidak akan ditemui
lagi sepanjang perjalanan sampai di puncak. Selepas Cibeunar perjalanan
akan melewati perkebunan penduduk hingga memasuki Leuweng Datar (1.200
mdpl).
Dari Leuweng Datar pendaki akan melewati pos sebagai tempat istirahat
yakni Sigedang dan Pos Kondang Amis . 2 jam berikutnya pendaki akan
sampai di Pos Kuburan Kuda (1.380 mdpl). Kuburan Kuda merupakan tanah
datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat perkemahan. Daerah
ini dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Setelah Kuburan Kuda,
pendaki akan melewati beberapa tempat keramat lagi seperti Ceblokan,
Pengalas.
Jalanan akan membesar ketika melewati Tanjakan Bin-Bin dan semakin
menanjak lagi ketika melewati Tanjakan Seruni (1.750 mdpl). Jalur ini
adalah yang terberat dan melelahkan dibanding yang lainnya. Bahkan
pendaki akan menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat,
dan memaksanya berpegangan akar pepohonan untuk mencapai pos
selanjutnya.
Kemudian akan sampai di Tanjakan Bapatere (1.950 mdpl) dengan jalur
tetap menanjak nyaris tanpa bonus sampai di Batu Lingga (2.250 mdpl).
Waktu yang diperlukan adalah sekitar 1 jam lebih. Konon, batu ini pernah
dijadikan tempat berkotbah wali songo kepada para pengikutnya . Di
dekat batu lingga terdapat sebuah in memoriam pendaki. Menurut kisah
pendaki itu tewas karena sesuatu kejadian yang aneh di batulingga.
Tepatnya, pada tahun 1999 dan dari ketiga pendaki, hanya seorang yang
selamat. Sedangkan dua lainnya tewas dengan mengeluarkan lendir dari
mulutnya. Menurut kepercayaan, blok batu lingga ini di jaga oleh dua
makluk halus bernama aki dan nini serentet buntet.
Batu Lingga merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah datar dan
terdapat sebuah batu berukuran besar. Di tengah perjalanan pendaki akan
menemui dua pos peristirahatan lagi yakni Kiara Baton dan Sangga Buana.
Kemuidian pendaki baru akan memasuki batas vegetasi. Perjalanan
berlanjut 2 jam berikutnya sampai di Pos Pangasinan (2.750 mdpl).
Pangasinan merupakan pos terakhir. Menurut sejarah, pada masa
pendudukan Jepang, pengasinan merupakan tempat pembuangan tawanan
perang. Mungkin karena itu pada malam malam tertentu, sering terdengar
suara jeritan atau derap langkah kaki para serdadu jepang. Dari daerah
yang cukup terbuka ini, pendaki dapat menyaksikan bibir kawah yang cukup
menakjubkan. Diperlukan waktu satu jam dengan melewati bebatuan cadas
dan medan yang tetap menanjak, bahkan harus setengah merayap, untuk
sampai di puncak.
Summit Attack Ciremai
Untuk
menggapai puncak tertinggi Gunung Ciremai (3.078 mdpl), pendaki lebih
dahulu melewati puncak tertinggi kedua – Sunan Mataram (3.058 mdpl)
ditandai batu trianggulasi. Dari Tranggulasi Sunan Mataram, untuk
mencapai puncak tertinggi Ciremai, pendaki harus mengelilingi kawah
hingga bertemu dengan Trianggulasi lagi yang sudah roboh yang biasa
dinamai Sunan Cirebon, itulah puncak tertinggi Gunung Ciremai.
Akomodasi dan Perijinan
Seluruh aktifitas pendakian Taman Nasional Gunung Ciremai wajib
mengurus Surat Ijin Masuk Lokasi (SIMAKSI) di Kantor Balai Taman
Nasional Gunung Ciremai Kuningan. Para pendaki wajib juga menyiapkan
fotocopi identitas diri (KTP), mengisi formulir pendakian, membayar
tiket masuk lokasi dan asuransi pada masing-masing pintu masuk jalur
pendakian. Selain itu pendaki wajib mengerti manejemen pendakian agar pendakian berjalan sesuai rencana.
Selamat Mendaki….
Go Green World!!
0 komentar:
Posting Komentar